Pembrontakan
paderi ( 1821-1828 M)
Dalam
bukunya berjudul Islam observed : Religius Development in marocco and
Indonesia, Clifford Geertz mencatat
bahwa antara tahun 1821 sampai tahun 1828 Masehi terjadi pembrontakan sebagai
akibat haji-haji menentang golongan adat. Pemberontakan ini di akhiri setelah
adanya invasi Belanda. Hanya saja Geertz tdak menyebutnya sebagai perang
paderi. Sementara dalam pelajaran sejarah yang di ajarkan di sekolah peperangan
itu disebut perang paderi yang di pimpin oleh Imam Bonjol.
Pembrontakan Pangeran Diponegoro (
1826-1830 M )
Pemberontakan
kedua dikenal dengan istilah perang Diponegoro di jawa tengah pada tahun 1826
sampai dengan tahun 18230 Masehi. Lagi-lagi Clifford Geertz tidak menyebut
sebagai perang Diponegoro. Dalam buku tersebut hanya dijelaskan bahwa
pemberontakan itu dilatar balakangi tumbuhnya gerakan Mahdi yang melancarkan
perang sabil terhadap imperalis Belanda dan antek-anteknya.
Pembrontakan Banten ( antara 1840 dan
1880 M )
Ketiga
pemberontakan yang terjadi di sebelah barat laut jawa. Disini tidak dijelaskan
dengan tegas nama daerah dan tokoh ulama yang memimpin pemberontakan santri
tersebut. Pemberontakan yang terjadi di tahun 18840 dan tahun 1880 masehi itu
sebenarnya sebagai response ummat islam Banten yang berusaha melepaskan dirinya
dari tindasan Tanam Paksa. Perang itu
terjadi pada tahun 1834,1836, 1842, 1849 dan bangkit lagi tahun 1880 dan
1888 masehi.
Pembrontakan
Aceh ( 1873-1903 M )
Pemberontakan
keempat terjadi di Aceh pada tahun 1873 hingga 1903 masehi. Perang ini berhasil
mengacaukan imperalis Belanda selama 30 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar